Minggu, 26 Februari 2012

Game Antikorupsi Karya Fahma Waluya Rosmansyah


Fahma Waluyo Rosmansyah (13) menjadi buah bibir karena menciptakan permainan bertemakan antikorupsi, Raid The Mice.
Game ini sempat dipresentasikan di depan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad, awal Februari. Sejak presentasi hingga kini, permainan yang dipersiapkan untuk platform iOS itu ternyata belum juga bisa ditemui di App Store.
“Permainannya belum siap diunggah. Masih harus disempurnakan lagi,” ujar Fahma yang ditemui akhir pekan lalu di Bandung.
Raid The Mice adalah permainan buatan Fahma yang dibuat dengan XCode, yang biasa dipakai untuk pengembangan di Mac OS maupun iOS.
Dia mengungkapkan bahwa versi yang ditunjukkan kepada Abraham Samad masih versi awal dan jauh dari selesai. Ada beberapa hal yang masih dikerjakan, yakni desain level sehingga pemain terus tergoda untuk memainkannya.

Persoalan musik latar belakang, Fahma sudah mendapatkan jaminan dari Saung Angklung Udjo bahwa mereka bakal memperbolehkan karyanya dipakai, bahkan siap untuk membuat khusus bagi permainan buatan Fahma.
Konsep permainan Raid The Mice sebetulnya sederhana, pemain memberikan arahan bagi robot yang berdiri di bagian kiri layar untuk menembakkan bola-bola tenis. Sasarannya adalah tikus-tikus yang berlarian dari sisi kanan ke arah kiri.
Dengan menyentuhkan jari ke layar, titik itu akan menjadi arah tembakan robot. Pemain dianggap memenangkan permainan bila seluruh tikus bisa dihalau, sebaliknya kalah bila ada seekor tikus yang berhasil lolos dari tembakan bola dari robot.
Fahma mengungkapkan, versi permainannya saat ini terbilang masih sederhana. Tidak ada tingkatan selanjutnya atau konten lainnya. Untuk itu, dia masih harus menggarapnya lebih lanjut.
Hal itu harus dilakukan di sela sekolah, kursus komputer sesudahnya maupun acara keluarga di akhir pekan. Penggarapan permainan ini dilakoni Fahma dengan ayahnya, Yusep Rosmansyah.
Permainan Raid The Mice dianggap sebagai permainan pendidikan antikorupsi karena karakter tikus yang harus ditembaki robot digambarkan mengenakan dasi sembari memanggul karung berlambangkan uang.
Fahma menjelaskan bahwa tikus itu bisa dianalogikan sebagai koruptor yang harus dibasmi dan tidak disisakan.
3 Game Lainnya
Fahma Waluya Rosmansyah, pembuat game Raid The Mice, mengaku mendapatkan ide untuk permainan tersebut selama liburan sekolah bulan Desember 2011. Ternyata, ide tersebut datang bersamaan dengan tiga konsep permainan lainnya.
Dari empat game yang muncul dari liburan sekolah itu, hanya Raid The Mice yang mendapatkan perhatian nasional karena dipresentasikan di depan petinggi Komisi Pemberantasan Korupsi, termasuk ketuanya, Abraham Samad.
Sementara itu, tiga game lainnya yakni Jengkol Jump, Ngupil dan Disgusting Frog tidak terlalu tersorot karena lebih menjadi proyek pribadi Fahma.
Seperti apa game lainnya itu? Fahma mengatakan salah satunya berangkat dari ketidaksukaannya pada kodok. “Konsepnya? Karena saya ga suka kodok,” ujar Fahma sewaktu ditanya mengenai konsep di belakang game Disgusting Frog.
Jengkol Jump adalah permainan yang mengharuskan pemainnya mengendalikan jengkol yang bisa terus melompat dengan berpijak di atas daun yang muncul secara acak. Permainan berakhir bila jengkol tersebut jatuh tanpa sempat berpijak lagi.
Permainan kedua adalah Ngupil yang mengharuskan pemain menyentuh bakteri-bakteri yang menyebar dari tengah layar. Permainan tersebut dibuat secara sederhana dan swadaya oleh Fahma sendiri.
Rekam jejak Fahma sebagai programer aplikasi maupun game sebetulnya sudah sejak dua tahun lalu (2010) sewaktu dia berusia 11 tahun. Dia pernah dinobatkan sebagai programer cilik termuda untuk Ovi Store, sebuah pasar aplikasi yang dimiliki Nokia. Salah satu karyanya ketika itu berupa aplikasi untuk ponsel Nokia bernama Bahana untuk belajar angka, huruf, dan warna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar