Jumat, 23 Maret 2012

Salah Satu Kopi Terbaik Dunia, Ada Di Ujung Indonesia


Kopi Gayo – sebuah komoditas kopi yang namanya berasal dari nama suku yang mendiami wilayah perkebunan ini – sudah ada sejak tahun 1904, di masa penjajahan Belanda yang mengembangkan keahlian menanam kopi bersamaan dengan kedatangan Belanda – yang ‘berjasa’ dalam potensi perkembangan kopi dan pinus di tanah orang Gayo. Tanaman kopi Gayo ini tumbuh subur berkat iklim dingin di tiga wilayah, yakni: Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues. Ketiga wilayah itu memiliki ketinggian 1200 meter dari permukaan laut.
Kopi yang tergolong kopi Arabica ini dianggap penjajah memiliki nilai jual di pasar dunia, karena itulah kopi ini ditanam di daerah-daerah tertentu, sehingga pada tahun 1924 penjajah Belanda dan Eropa mendominasi wilayah Aceh Tengah dengan tanaman kopi, pinus, teh dan sayur mayur.
Di tahun 1933, Belanda menganggap kopi tersebut sebagai komoditas berharga dan mereka mengirim kopi tersebut ke Eropa. Untuk meningkatkan produksi kopi, pemerintah Belanda mengirim buruh tanam dari Jawa. Maka tidak heran populasi etnik di Aceh Tengah terdiri dari suku Gayo, Jawa, Batak, Karo dan Aceh, bahkan di beberapa wilayah seperti Bener Meriah, populasi suku Jawa mendominasi sejak mereka ditempatkan di daerah tersebut.
Kopi Gayo dapat disandingkan dengan Kopi Jamaica Blue Mountain (varietas kopi bernilai tinggi dari Blue Mountain di Jamaika) – bahkan menurut penikmat kopi, kopi Gayo memiliki kualitas yang lebih unggul daripada Jamaica Blue Mountain dikarenakan Rasanya yang kurang pahit menjadi ciri khas produk kopi ini, ditambah lagi dalam menanamnya para petani tidak menggunakan pestisida, sehingga kopi ini bisa dianggap sebagai kopi ‘organik’.
Saat ini harga kopi Gayo di pasar internasional tengah mengalami peningkatan, bahkan menurut informasi pengekspor, beberapa pembeli luar negeri harus antre menunggu masa panen kopi Gayo.
Di tahun 2012, data ekspor menunjukkan ekspor kopi Gayo mencapai 456 ton dengan negara tujuan Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko. Kopi Gayo juga tengah berjuang menembus pasar Eropa setelah terbitnya Hak Indikasi Geografis (IG) yang memungkinkan produsen kopi Gayo memasarkan produknya sendiri (dan mengakuinya) tanpa bantuan perantara perusahaan asing (dahulu di pasarkan di Eropa melalui perusahaan Belanda).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar